Caleg PKS Tercyduk Money Politic, Keberanian Warga Patut Diacungi Jempol!
Judul : Caleg PKS Tercyduk Money Politic, Keberanian Warga Patut Diacungi Jempol!
link : Caleg PKS Tercyduk Money Politic, Keberanian Warga Patut Diacungi Jempol!

Infomenia.net - Masa tenang jelang Pileg dan Pipres 2019, khususnya di Kabupaten Lombok Timur sedikit ternoda dengan ulah seorang Caleg DPRD Kabupaten Lombok Timur dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Caleg yang sudah teridentifikasi atas nama Muhammad Ali Akbar tersebut terbukti melakukan MONEY POLITIC dengan membagi-bagikan uang sebesar Rp. 25.000 pada Senin malam (15/4) waktu setempat.
Caleg yang kurang pede sehingga harus menyuap warga ini “ditangkap” dan “ditahan” warga usai kumpulkan warga dua dusun di wilayah Dengen Timur, Kecamatan Selong, Lombok Timur, lalu terbukti membagikan amplop berisi uang tadi.
"Benar yang bersangkutan diamankan saat masa tenang oleh masyarakat dan petugas PTPS yang melapor. Setelah ditangani Panwascam, baru kemudian ditangani di Panwaslu kabupaten untuk klarifikasi dan ditindaklanjuti kasusnya oleh Tim Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu)," jelas Ketua Bawaslu Kabupaten Lombok Timur, Retno Sirnopati saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (16/4/2019).
Selain harus menjalani proses hukum, Caleg payah tersebut juga terancam dicoret dari kontestasi Pileg 2019 jika dinyatakan terbukti bersalah melakukan pelanggaran money politic yang jelas dilarang dalam Pemilu 2019 ini.
Bagi saya, keberanian dan ketegasan warga setempat dalam membongkar kebusukan Caleg PKS ini patut diacungi jempol. Dengan dalih apa pun, terlebih pada masa tenang sebelum pencoblosan begini, aksi yang dilakukan Ali Akbar tak bisa dibenarkan.
Namun, seandainya warga setempat diam saja, atau seperti yang pernah saya baca di beberapa banner “Terima duitnya, jangan coblos orangnya, biar jera” ... maka kasus tindakan pelanggaran kelas berat yang dilakukan Ali Akbar takkan pernah terungkap.
SUARA PEMILIH SEJATINYA TAK BISA DIBELI DENGAN UANG, BERAPA PUN JUMLAHNYA karena itu menyangkut hak konstitusi setiap warga negara yang diatur dalam undang-undang. Dalam hal ini, apa yang dilakukan oleh warga Dengen Timur, Kecamatan Selong, Lombok Timur terbilang SANGAT TEPAT karena mereka tidak ingin ada caleg (maaf) sontoloyo yang mencederai pesta demokrasi dengan cara-cara licik dan culas.
*Menyikapi money politic *
Terkait politik uang, menurut saya kok rasanya susah ya, buat dibasmi seluruh Indonesia alias dinolkan persentasenya. Apalagi kita juga tak menampik fakta bahwa dalam proses demokrasi mulai dari tingkat desa (Pilkada) hingga Pileg dan Pilpres, biasanya selalu ada yang melakukan cara-cara yang sangat tidak mendidik dengan membagi-bagikan uang untuk menarik simpati dan memperoleh kepastian suara dari warga.
Jujur saja, bagi warga yang terima uang akan merasa tak enak hati kalau nanti di balik bilik suara ternyata mencoblos orang lain. Mungkin inilah yang mendasari kutipan agar warga dipersilakan menerima uang sodoran caleg (atau partai) tertentu, tapi waktu pemilihan jangan coblos caleg (partai) yang memberinya uang tersebut.
Menurut saya imbauan tersebut SANGAT TIDAK MENDIDIK. Malah justru merusak momen integritas dan kejujuran yang berusaha dibangun dalam proses berdemokrasi di negara kita. YANG LEBIH PAS ADALAH AGAR MASYARAKAT DIIMBAU TIDAK MENERIMA ATAU MEMBANTU MENYALURKAN UANG yang disodorkan oleh siapapun. Jika berani, rekam pembicaraan, potret atau rekam momennya, potret dan tahan orangnya, sampai petugas yang berwenang menangkap dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Mudah? Sama sekali tidak. Karena budaya kita belum terbiasa melakukan ini. Terlebih jika yang melakukan tetangga, keluarga dekat, aparat desa setempat, atau sekalipun orang yang sama sekali asing, tetapi sangat berpengaruh di daerah kita. Berani menolak? Tanggung sendiri akibatnya. Mungkin begitu yang sering terjadi di negeri ini.
Namun, pemberitaan soal terbongkarnya money politic di Lombok Timur ini bagus juga untuk diviralkan, sekaligus menjadi momen bangkitkan kesadaran dan keberanian masyarakat dalam memerangi money politic di seluruh daerah. Kurang dari 24 jam lagi kita akan menggelar pesta demokrasi dan kemungkinan terjadi aksi serupa (biasa dikenal dengan “serangan fajar”) juga masih patut diwaspadai.
Intinya BERANI ... berani bertindak, berani terlibat konflik (minimal perdebatan), dan juga berani melaporkan menjadi kunci utama supaya money politic tidak semakin mencederai demokrasi negeri ini.
OMONG-OMONG ... ADAKAH YANG BERNIAT PILIH PKS SEWAKTU COBLOSAN BESOK? HAHAHA ...!
Bukankah begitu kura-kura?
(Widodo SP, seword.com)
Menurut saya imbauan tersebut SANGAT TIDAK MENDIDIK. Malah justru merusak momen integritas dan kejujuran yang berusaha dibangun dalam proses berdemokrasi di negara kita. YANG LEBIH PAS ADALAH AGAR MASYARAKAT DIIMBAU TIDAK MENERIMA ATAU MEMBANTU MENYALURKAN UANG yang disodorkan oleh siapapun. Jika berani, rekam pembicaraan, potret atau rekam momennya, potret dan tahan orangnya, sampai petugas yang berwenang menangkap dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Mudah? Sama sekali tidak. Karena budaya kita belum terbiasa melakukan ini. Terlebih jika yang melakukan tetangga, keluarga dekat, aparat desa setempat, atau sekalipun orang yang sama sekali asing, tetapi sangat berpengaruh di daerah kita. Berani menolak? Tanggung sendiri akibatnya. Mungkin begitu yang sering terjadi di negeri ini.
Namun, pemberitaan soal terbongkarnya money politic di Lombok Timur ini bagus juga untuk diviralkan, sekaligus menjadi momen bangkitkan kesadaran dan keberanian masyarakat dalam memerangi money politic di seluruh daerah. Kurang dari 24 jam lagi kita akan menggelar pesta demokrasi dan kemungkinan terjadi aksi serupa (biasa dikenal dengan “serangan fajar”) juga masih patut diwaspadai.
Intinya BERANI ... berani bertindak, berani terlibat konflik (minimal perdebatan), dan juga berani melaporkan menjadi kunci utama supaya money politic tidak semakin mencederai demokrasi negeri ini.
OMONG-OMONG ... ADAKAH YANG BERNIAT PILIH PKS SEWAKTU COBLOSAN BESOK? HAHAHA ...!
Bukankah begitu kura-kura?
(Widodo SP, seword.com)
Jujur saja, bagi warga yang terima uang akan merasa tak enak hati kalau nanti di balik bilik suara ternyata mencoblos orang lain. Mungkin inilah yang mendasari kutipan agar warga dipersilakan menerima uang sodoran caleg (atau partai) tertentu, tapi waktu pemilihan jangan coblos caleg (partai) yang memberinya uang tersebut.
Menurut saya imbauan tersebut SANGAT TIDAK MENDIDIK. Malah justru merusak momen integritas dan kejujuran yang berusaha dibangun dalam proses berdemokrasi di negara kita. YANG LEBIH PAS ADALAH AGAR MASYARAKAT DIIMBAU TIDAK MENERIMA ATAU MEMBANTU MENYALURKAN UANG yang disodorkan oleh siapapun. Jika berani, rekam pembicaraan, potret atau rekam momennya, potret dan tahan orangnya, sampai petugas yang berwenang menangkap dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Mudah? Sama sekali tidak. Karena budaya kita belum terbiasa melakukan ini. Terlebih jika yang melakukan tetangga, keluarga dekat, aparat desa setempat, atau sekalipun orang yang sama sekali asing, tetapi sangat berpengaruh di daerah kita. Berani menolak? Tanggung sendiri akibatnya. Mungkin begitu yang sering terjadi di negeri ini.
Namun, pemberitaan soal terbongkarnya money politic di Lombok Timur ini bagus juga untuk diviralkan, sekaligus menjadi momen bangkitkan kesadaran dan keberanian masyarakat dalam memerangi money politic di seluruh daerah. Kurang dari 24 jam lagi kita akan menggelar pesta demokrasi dan kemungkinan terjadi aksi serupa (biasa dikenal dengan “serangan fajar”) juga masih patut diwaspadai.
Intinya BERANI ... berani bertindak, berani terlibat konflik (minimal perdebatan), dan juga berani melaporkan menjadi kunci utama supaya money politic tidak semakin mencederai demokrasi negeri ini.
OMONG-OMONG ... ADAKAH YANG BERNIAT PILIH PKS SEWAKTU COBLOSAN BESOK? HAHAHA ...!
Bukankah begitu kura-kura?
(Widodo SP, seword.com)
Menurut saya imbauan tersebut SANGAT TIDAK MENDIDIK. Malah justru merusak momen integritas dan kejujuran yang berusaha dibangun dalam proses berdemokrasi di negara kita. YANG LEBIH PAS ADALAH AGAR MASYARAKAT DIIMBAU TIDAK MENERIMA ATAU MEMBANTU MENYALURKAN UANG yang disodorkan oleh siapapun. Jika berani, rekam pembicaraan, potret atau rekam momennya, potret dan tahan orangnya, sampai petugas yang berwenang menangkap dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Mudah? Sama sekali tidak. Karena budaya kita belum terbiasa melakukan ini. Terlebih jika yang melakukan tetangga, keluarga dekat, aparat desa setempat, atau sekalipun orang yang sama sekali asing, tetapi sangat berpengaruh di daerah kita. Berani menolak? Tanggung sendiri akibatnya. Mungkin begitu yang sering terjadi di negeri ini.
Namun, pemberitaan soal terbongkarnya money politic di Lombok Timur ini bagus juga untuk diviralkan, sekaligus menjadi momen bangkitkan kesadaran dan keberanian masyarakat dalam memerangi money politic di seluruh daerah. Kurang dari 24 jam lagi kita akan menggelar pesta demokrasi dan kemungkinan terjadi aksi serupa (biasa dikenal dengan “serangan fajar”) juga masih patut diwaspadai.
Intinya BERANI ... berani bertindak, berani terlibat konflik (minimal perdebatan), dan juga berani melaporkan menjadi kunci utama supaya money politic tidak semakin mencederai demokrasi negeri ini.
OMONG-OMONG ... ADAKAH YANG BERNIAT PILIH PKS SEWAKTU COBLOSAN BESOK? HAHAHA ...!
Bukankah begitu kura-kura?
(Widodo SP, seword.com)
Oke sob cukup yah untuk informasi Caleg PKS Tercyduk Money Politic, Keberanian Warga Patut Diacungi Jempol! kali ini, semoga bisa menjadikan informasi bermanfaat ya sob., Baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Kamu membaca Caleg PKS Tercyduk Money Politic, Keberanian Warga Patut Diacungi Jempol!, dengan alamat https://enjebatik.blogspot.com/2019/04/caleg-pks-tercyduk-money-politic.html